Wednesday, March 29, 2017

Quiet Your Mind to Avoid Making Impulsive Decisions

Leaders are lauded for being able to make decisions quickly. But you don’t want thinking quickly to turn into acting rashly.

One way to prevent this from happening is to create a short space between an event and your response to it. Putting off your reaction by even one second (though it may not sound like a lot) can save you from making an impulsive, irrational decision.

But you won’t be able to find the mental space for that one-second pause if your mind is constantly under pressure.

So give your mind a break.

Turn off notifications on your phone, tablet, and laptop.

Only check your email once every hour (or as often as needed for your job).

And stop multitasking, which keeps your mind busy and reactive. Try to maintain focus on a single task, and notice when you find your mind drifting to something else — it’s a sign that your brain wants to multitask.

When this happens, mentally shut down the superfluous tasks entering your thoughts and focus on what’s at hand.

Adapted from “Spending 10 Minutes a Day on Mindfulness Subtly Changes the Way You React to Everything,” by Rasmus Hougaard, Jacqueline Carter, and Gitte Dybkjaer

Tuesday, March 28, 2017

Ask Your Employees How They Prefer to Receive Feedback

You owe it to your employees to give them constructive criticism. But they may not all want to hear feedback the same way. Consider a regional sales manager who often accompanies her sales associates on client visits. Over time, she might learn that some reps want to get her advice right after a client meeting, while others prefer to hear it after a full day’s worth of calls.

Tailoring your method to your employees’ preferences will increase the likelihood that they will find your criticism helpful and be more willing to act on it.

So ask your employees about their preferences. Do they want immediate feedback, or do they prefer to postpone it? Do they prefer an email or an in-person talk? If it’s the latter, should it be in your workspace, theirs, or a neutral spot?

Adapted from “How to Deliver Criticism So Employees Pay Attention,” by Deborah Bright

Wednesday, March 22, 2017

To Build Your Legacy, Think About Your Predecessors

As a leader, leaving a great legacy is arguably the most powerful thing you can do in your career, because it enables you to have influence well into the future. To make sure you’re keeping your legacy in mind as you go about your everyday work, think about your predecessors and how their actions have affected you. What resources did they leave behind for you? How did they change the organization to provide you with opportunities? How did they shape the company’s culture? Research shows that when we know we have benefited from someone else’s legacy, we think about what we want to leave for future generations and we tend to make better long-term decisions. While you can’t repay the deeds of the former generation, you can pay them forward by helping the next one. A generation from now, maybe someone will be looking to your example to shape their own legacy.

Adapted from “How to Think About Building Your Legacy,” by Kimberly Wade-Benzoni

Sunday, March 19, 2017

Hidup di Dunia Hanya Sementara



* Hidup di Dunia Hanya Sementara dan Akhirat Adalah Tempat Yang Kekal Abdi..*

*السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّــــــــــهِ وَبَرَكَاتُه*ُ 
*بِسۡـــــــــمِ ٱللَّــــــــــهِ ٱلرَّحۡـمَـٰنِ ٱلرَّحِـــــــيمِ*

- اَللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنَ النَّارِ
- اَللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنَ النَّارِ
- اَللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنَ النَّارِ

Segala puji bagi Allah سبحانه وتعالى pencipta langit dan bumi, pencipta cahaya dan kegelapan, yang mengumpulkan para makhluk di hari perhitungan, hari kemenangan bagi orang yang berbuat baik dan kesengsaraan bagi ahli maksiat. Aku bersaksi bahawa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya melainkan Allah سبحانه وتعالى tiada sekutu baginya, dengan persaksian yang bakal membawa kepada kebahagiaan di hari kiamat.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُــــــــمّے صَــــــلٌ علَےَ سيدنا مُحمَّــــــــدْ و علَےَ آل سيدنا مُحمَّــــــــدْ كما صَــــــلٌيت علَےَ سيدنا إِبْرَﺍﻫِﻴﻢَ و علَےَآل سيدنا إِبْرَاهِيمَ وبارك علَےَ سيدنا مُحمَّــــــــدْ و علَےَ آل سيدنا مُحمَّــــــــد كما باركت علَےَ سيدنا إِبْرَاهِيمَ و علَےَ آل سيدنا إِبْرَاهِيمَ فى الْعَالَمِينَ إنك حميد مجيد

Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad ﷺ. keluarga serta para sahabat, pengikut-pengikut sahabat dan mereka yang istiqamah menuruti baginda dari masa kesemasa hingga ke hari kiamat.

Sedekahkanlah Al Fatihah kpd ibu bapa kita, keluarga dan muslimin muslimat yg masih hidup maupun yang telah kembali ke rahmatullah...
AlFatihah...

بِسۡـــــــــمِ ٱللَّــــــــــهِ ٱلرَّحۡـمَـٰنِ ٱلرَّحِـــــــيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْـمُسْتَقِيمَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
آمِين

“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak pernah kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.”
(HR Muslim ..4899)

Sahabatku kaum muslimin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى  sekalian............

Betapa ramai manusia menjadi lupa daratan. Betapa ramai manusia menjadi ingkar. Betapa ramai manusia tidak dapat bersyukur. Betapa ramai manusia menjadi derhaka dan berkhianat. Mereka melupakan tujuan hidupnya ketika di dunia dan hanya mengejar kenikmatan dunia . Dunia yang dikejar akan berakhir. Tempat manusia hidup. Tempat manusia memuja kenikmatan.

Semuanya menjadi sia-sia belaka. Kehidupan di dunia merupakan permainan dan senda gurau. Ada kalanya menang ada kalanya kalah.Susah dan senang silih berganti. Senangnya merupakan kesenangan yang menipu, sedihnya merupakan kesengsaraan sementara.

Itulah di namakan kehidupan di alam fana. Sungguh berbeda dengan kehidupan sejati dan abadi di akhirat  nanti. Barangsiapa senang, maka ia akan selamanya senang
(Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan ini). Barangsiapa menderita, maka ia akan menderita selamanya (na’udzu billahi min zalik).

Al-Quran menyebutkan bahawa kehidupan di dunia tidak lebih hanya main-main dan senda gurau semata:

Firman Allah SWT maksudnya :
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?"
(Surah Al-An'Am ayat 32)

Firman-Nya lagi yang bermaksud :
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui."
(Surah Al-Ankabut ayat 64)

Firman Allah SWT maksudnya :
"Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu."
(Surah Muhammad ayat 36)

Apabila kalian merasai kesukaran dan menghadapi banyak masaalah hidup di dunia ini, janganlah berputus asa dan rasa kecewa kerana sesungguhnya Allah SWT adalah tempat bergantung dan tempat di letakkan sepenuh pengharapan. Berdoalah bersungguh-sungguh kepada-Nya.

Bersabda Rasulullah Sallallahu ’Alaih Wa sallam:  “Doa orang yang sedang menderita (kesedihan yang mendalam) ialah..
Ya Allah, RahmatMu aku harapkan, janganlah Engkau serahkan segala urusanku kepada diriku sendiri walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku, tiada Ilah yang berhak disembah selain Engkau.”
(HR Abu Dawud)

Sahabat yang dimuliakan,
Dalam kehidupan ini ada bertingkat-tingkat tentang kenikmatan dunia. Manusia berlumba-lumba  mengejar, hingga kepayahan, dan umurnya habis, dan hidupnya tersungkur, hanya diarahkan mengejar kenikmatan dunia.

Tak ada kenikmatan yang sejati. Kenikmatan yang diinginkan manusia dalam kehidupan itu hanyalah kenikmatan yang semuanya hanya ilusi.
Khayalan dari manusia yang sudah menjadi tabiat hidupnya hanya untuk kenikmatan dan kemegahan.Ketahuilah, sesungguhnya kenikmatan yang teragung dan terbesar, iaitu kenikmatan yang dirasai sepenuhnya di hari akhirat nanti.

Kenikmatan akhirat itulah yang akan membawa hamba kepada kemuliaan yang kekal. Kerana itu, hakikatnya seorang mukmin, tidak mengejar kenikmatan dunia, yang tidak memiliki keuntungan apa-apa melainkan sedikit sahaja, dibandingkan dengan kenikmatan berupa kemuliaan disisi Allah Azza Wa Jalla.Tidak ada maknanya kenikmatan dan kelazatan dunia seisinya, yang boleh membuat manusia menjadi lupa dan mabuk, sehingga terlena dengan kehidupan dunia.

Kehidupan manusia yang sudah mabuk dunia itu, menjadi sujud, rukuk, dan ibadahnya hanya untuk memenuhi rasa kenikmatan dunia.

Hanyalah orang-orang mukmin, yang layak mendapatkan kenikmatan yang sejati, kerana pahala yang akan dikurniakan oleh Allah Rabbul alamin, sentiasa mengalir, ketika mereka makan, minum, berpakaian, tidur, terjaga, dan dalam perkahwinannya, dan semua amal mereka semata hanya diarahkan untuk mendapatkan reda-Nyan. Tidak mencari reda selain-Nya. Apalagi, hanya ingin mendapatkan reda kepada manusia lainnya, yang dapat memberinya kenikmatan dunia. Itu bukan sifat mukmin yang hakiki.

Orang-orang mukmin kerinduan hanya pada kenikmatan atas keimanannya, ibadahnya, kerinduannya hanya kepada Allah Azza Wa Jalla.

Ketahuilah, sesungguhnya kenikmatan dunia itu, selalu akan menghalangi seseorang memperoleh kenikmatan akhirat dan bahkan mengantarkan dirinya kepada seksa neraka. Manusia yang matlamat hidupnya kepada kenikmatan dunia, akhirnya menjadikan harta-benda, pangkat, kekuasaan, dan makhluk-makhluk, serta berbagai bentuk berhala-hala, yang menyerupai tuhan, menjadi arah dan tujuan hidup mereka. Seakan semua yang ada itu, mampu memberikan kenikmatan kepada manusia yang bersifat kekal.

Karena itu, ketika diakhirat mereka saling mencerca dan menyalahkan.Firman Allah SWT dalam al-Quran yang maksudnya :
"Dan kawan-kawan mereka dari golongan manusia berkata; 'Ya Tuhan, kami telah saling mendapatkan kesenangan, dan sekarang waktu yang telah Engkau tentukan buat kami telah datang.'

Allah berfirman.'Nerakalah tempat kamu selama-lamanya, kecuali jika Allah menghendaki lain. Sesungguhnya, Tuhanmu Maha Bijaksana, Maha Mengetahui. Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan”.
(Surah al-An’aam  ayat 128-129).

Kelazatan dan kenikmatan orang yang berbuat zalim dan keji merupakan istidraj (pemberian daripada Allah SWT dalam keadaan Dia murka), yang diberikan Allah SWT agar mereka merasakan seksa yang lebih berat dan mereka akan terlarang untuk merasakan kenikmatan yang paling agung.
Seperti orang yang meletakkna makan yang lazat dan diletakkan racun kedalamnya, agar orang yang memakannya mati secara peralahan-lahan. 

Allah SWT berfirman maksudnya  :
"Kelak akan Kami hukum mereka beransur-ansur dari arah yang tidak mereka mengetahui. Dan Aku memberi tangguh waktu kepada mereka. Sesungguhnya , rencana-Ku sangat teguh (inna kaidi matin)."
(Surah al-Qalam ayat 44-45).

Sebagian ahli tafsir menafsirkan 'inna kaidi matin' (rencana-Ku sangat teguh), maksudnya adalah setiap kali mereka melakukan dosa, maka Kami akan memberikan nikmat kepada mereka.

Itulah bagi orang-orang yang hidupnya hanya mengejar kenikmatan dunia. Sebaliknya, seorang yang sangat takut dengan kehidupan dunia, dan hidupnya zuhud dan warak, ketika meninggalkan rombongan malaikat suci, hamba-hamba Allah yang sangat dekat kepada-Nya, datang menjemputnya menuju ke tempat yang  kekal abadi untuk selama-lamanya iaitu syurga Allah  SWT yang tertinggi bernama Syurga Firdaus.

Firman Allah SWT maksudnya :
“Kebahagiaan di kampung akhirat itu Kami sediakan hanya bagi mereka yang tidak suka menyombongkan diri dan melakukan kerosakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa”.
(Surah al-Qashash  ayat  83).

Sahabat yang dikasihi,Marilah sama-sama kita jadikan kehidupaan di dunia ini sebagai medan untuk kita beramal dan menyediakan persiapan kita menuju alam akhirat.

Tidak mungkin kita akan tenang dan berbahagia apabila membawa bekalan yang sedikit dan tidak berkualiti pula apabila menuju perjalanan yang jauh iaitu ke alam barzakh dan alam akhirat .

Janganlah sia-siakan masa, umur, tenaga dan kekayaan  yang kita miliki tanpa kita membuat pelaburan untuk bekalan kita di sana, ketika itu apa yang akan menjadi pertukaran adalah amal-amal soleh, amal ibadah, amal kebajikan yang kita lakukan di dunia ini semata-mata kerana Allah SWT.

Renungkanlah dan bertindak segera tanpa ditangguh-tangguhkan lagi.

Shadaqallahul’azhim.

والله أعلم بالصواب
Waallahu A’lam Bish Shawab
(Hanya Allah Maha Mengetahui apa yang sebenarnya)

Sampaikanlah ilmu ini kepada sahabat² yang lain. Sepertimana sabda Rasulullah ﷺ:
❝ Sampaikanlah pesananku walaupun satu ayat. ❞
Hadis Riwayat Ahmad, Bukhari, Tarmidzi.

Sabda Rasulullah ﷺ. bermaksud:
Barangsiapa ditanya mengenai sesuatu ilmu lalu disembunyikannya maka Allah akan mengekangnya nanti dengan kekangan daripada api neraka pada Hari Kiamat kelak.
(Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tarmizi رضي ٱللَّــــــــــه عنه )

Sesungguhnya apabila matinya seseorang anak Adam itu, hanya 3 perkara yang akan dibawanya bersama :

① Sedekah/amal jariahnya.
② Doa anak²nya yang soleh.
③ Ilmu yang bermanfaat yang disampaikannya kepada orang lain.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

ILMU .... Penyuluh Hidup
AMAL ..  Bekalan Perjalanan
AKHLAK .... Hiasan Jiwa dan Peribadi

Menuju ke Destinasi

AKHIRAT  ..... yang sudah pasti

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Aku Bukanlah Ustaz...
Bukan Juga Ulama...
Aku hanyalah Hamba Allah yang sedang berusaha untuk Menjadi Hamba-NYA yang terbaik..

■▪■ Demang Satria ■▪■

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

*وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللهِ وَبَرَكَاتُهُ*

Khusyuk Dalam Solat

*السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّــــــــــهِ وَبَرَكَاتُه*ُ 
*بِسۡـــــــــمِ ٱللَّــــــــــهِ ٱلرَّحۡـمَـٰنِ ٱلرَّحِـــــــيمِ*

- اَللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنَ النَّارِ
- اَللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنَ النَّارِ
- اَللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنَ النَّارِ

Segala puji bagi Allah سبحانه وتعالى pencipta langit dan bumi, pencipta cahaya dan kegelapan, yang mengumpulkan para makhluk di hari perhitungan, hari kemenangan bagi orang yang berbuat baik dan kesengsaraan bagi ahli maksiat. Aku bersaksi bahawa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya melainkan Allah سبحانه وتعالى tiada sekutu baginya, dengan persaksian yang bakal membawa kepada kebahagiaan di hari kiamat.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُــــــــمّے صَــــــلٌ علَےَ سيدنا مُحمَّــــــــدْ و علَےَ آل سيدنا مُحمَّــــــــدْ كما صَــــــلٌيت علَےَ سيدنا إِبْرَﺍﻫِﻴﻢَ و علَےَآل سيدنا إِبْرَاهِيمَ وبارك علَےَ سيدنا مُحمَّــــــــدْ و علَےَ آل سيدنا مُحمَّــــــــد كما باركت علَےَ سيدنا إِبْرَاهِيمَ و علَےَ آل سيدنا إِبْرَاهِيمَ فى الْعَالَمِينَ إنك حميد مجيد

Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad ﷺ. keluarga serta para sahabat, pengikut-pengikut sahabat dan mereka yang istiqamah menuruti baginda dari masa kesemasa hingga ke hari kiamat.

Sedekahkanlah Al Fatihah kpd ibu bapa kita, keluarga dan muslimin muslimat yg masih hidup maupun yang telah kembali ke rahmatullah...
AlFatihah...

بِسۡـــــــــمِ ٱللَّــــــــــهِ ٱلرَّحۡـمَـٰنِ ٱلرَّحِـــــــيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْـمُسْتَقِيمَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
آمِين

“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak pernah kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.”
(HR Muslim ..4899)

Sahabatku kaum muslimin yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى  sekalian............

IMAM AL-GHAZALI menyatakan bahawa orang yang tidak khusyuk sembahyang nya adalah dikira sia-sia belaka, kerana tujuan solat itu selain untuk mengingati Allah SWT, ia juga berfungsi sebagai alat pencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Apabila lalai ketika menunai kan solat bererti orang tersebut tidak akan berasa gerun ketika melakukan perkara keji dan mungkar.

Solat yang khusyuk ialah mereka yang sentiasa sedar dan mengikuti segala pengertian dari setiap kalimah yang di ucapkan di dalam solatnya. Justeru itu apabila ia membaca Fatihah, hatinya akan mengikuti dan memahami makna setiap kalimah yang terucap.

Misalnya apabila mereka membaca ayat keempat dari Surah Al-Fatihah yang bermaksud: “Tuhan yang memiliki hari Akhirat.” Maka tergambar segala kalut sibuk dan huru-hara manusia serta bersesak di padang Masyhar, ia akan terasa diri semakin kerdil dan lemah disisi Allah SWT.

Apabila membaca ayat kelima dari surah Al-Fatihah yang bermaksud : “Engkaulah yang kusembah dan Engkaulah tempatku bermohon.” Bererti mereka telah memberikan kesetiaan dan pengabdian hanya kepada Allah, bukannya menjadi penyembah hawa nafsu atau yang lain-lainnya. Akhirnya mereka tidak ada keinginan untuk melakukan perkara keji dan mungkar, kerana melakukan perbuatan keji bererti mereka telah menjadi hamba nafsu, yang demikian adalah bercanggah dengan ucapannya yang mengaku bahawa dia hanya menyembah Allah SWT semata-mata.

Selepas itu mengamati lain-lain bacaan dalam sembahyang dengan khusyuk, yang mengandungi berbagai bacaan dan doa-doa yang memperlihatkan kebesaran Tuhan. Jika difahami sungguh-sungguh cukuplah kesemua itu akan menghakis sikap-sikap hodoh yang ada pada diri manusia itu.

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud :

“Berapa banyak orang yang mendirikan solat, tetapi yang di perolehi hanya penat dan letih, kerana mereka itu lalai dalam sembahyangnya.”

Hadis tersebut menggambarkan betapa banyak sembahyang yang didirikan oleh seseorang itu, tetapi malangnya ia tidak memperolehi pahala melalui sembahyang itu.

Firman Allah yang bermaksud :

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang solat, (iaitu) orang-orang yang lalai dari solatnya.”
[Surah al-Ma’un : ayat 4-5]

Nabi s.a.w bersabda lagi yang bermaksud :

“Tidak ada habuan bagi seseorang hamba dalam sembahyangnya kecuali sekadar mana yang dia ingat.”

Hadis tersebut menjelaskan bahawa solat seseorang yang dalam keadaan lalai, sesungguhnya tidak mempunyai sebarang nilai kebaikan di sisi Allah SWT. Malah solatnya itu akan sekadar menjadi kayu pengukur, jika seseorang ingin tahu sekadar mana pahala yang di perolehi dan sebanyak mana pula yang kosong, maka selepas solat cubalah adakan muhasabah, sebanyak manakah masa yang dia berada dalam keadaan khusyuk, iaitu ingat segala perbuatan dan ucapan mereka dalam sembahyang itu, atau sebanyak mana pula yang lalai. Kalau banyak masa lalai maka setakat baki yang sedikit itu tidak payahlah untuk menunggu akhirat bagi melihat pahala solat itu, sebaliknya didunia ini pun kita sudah boleh mengagak apa yang kita perolehi dari solat yang tidak khusyuk itu.

Sesungguhnya solat itu tidak sama dengan ibadah yang lain. Jika dibandingkan dengan ibadah puasa, memang dalam ibadah puasa tidak ada khusyuk, tetapi puasa yang memenuhi segala syarat akan kelihatan kesannya dari puasanya itu. Disebabkan menahan lapar dan dahaga bukan sahaja mereka akan kelihatan letih dan kurang bermaya, tetapi juga mereka kelihatan sebagai seorang yang tinggi pekertinya, senantiasa menjaga perkara yang boleh membatalkan puasa dan juga pahala puasa seperti menjaga lidahnya dari mengumpat dan mengeluarkan kata-kata yang tidak berfaedah.

Begitu juga zakat, walaupun ketika melakukan ibadah zakat itu tidak disertai dengan khusyuk namun maksud kepada penunaian zakat itu kelihatan juga. Menunaikan zakat dapat menghakis sifat bakhil seseorang. Orang-orang yang dikuasai oleh sifat bakhil tidak mungkin mampu menunaikan zakat.

Demikian juga dengan ibadah haji, walaupun ketika melakukan ibadah haji seseorang itu dalam keadaan lalai kerana ibadah haji melibatkan dua perkara iaitu tubuh badan dan harta benda. Sama ada menunaikan haji itu dalam keadaan lalai dan sebagainya, namun kesannya dari ibadah haji itu jelas ketara, kerana ia terpaksa membelanjakan wang beribu-ribu ringgit. Tubuh badan terasa letih dan wang ringgit habis.

Sebaliknya ibadah solat ini amat berbeza sekali dengan semua ibadah yang dinyatakan itu. Menurut Imam al-Ghazali bahawa solat itu merupakan  “munajat”(berdialog dan berbisik) seorang hamba terhadap Tuhannya. Apabila solat itu sebagai munajat sudah tentu dilakukan dengan penuh kesedaran di samping khusyuk dan tawadhuk. Bagaimana mungkin seorang yang lalai boleh berbisik atau berdialog dengan Allah SWT.

Orang yang mengerjakan solat dalam keadaan lalai sama keadaannya orang yang mengigau ketika tidur, walaupun mungkin ia menyebut Allahu Akbar dan juga lain-lain kalimah yang memuji keagungan Allah SWT, seperti bertasbih mensucikan Allah, bertahmid memuji Allah namun semua itu tidak termasuk langsung dalam pengertian munajat kepada Allah kerana sebenarnya orang itu sedang mengigau. Sesungguhnya orang mengigau itu adalah orang yang bertutur di luar kesedaran.

Khusyuk menjadi syarat sama ada solat seseorang itu akan diterima oleh Allah SWT. Jika khusyuk tidak wujud dalam diri orang yang menunaikan solat, maka ruang kosong itu pasti terisi dengan sifat lalai. Orang yang lalai tidak akan merasai keagungan Allah SWT, sekalipun lidahnya mengucapkan kalimah-kalimah yang mengandungi segala puji-pujian terhadap Allah.

Segala puji-pujian yang ditujukan kepada Allah SWT bukan saja melalui ucapan lisan, tetapi juga dengan bahasa hati. Apabila hati lalai ia akan menjadi hijab yang menghalang seseorang itu untuk menghampiri Allah, meskipun Allah SWT menyatakan bahawa ia lebih hampir daripada saraf dan urat seseorang.

Firman Allah Taala yang berbunyi:

“Ketahuilah dengan menyebut nama Allah itu dapat menenangkan hati.”
[Surah Ar-Ra’adu : ayat 28]

Dan ketahuilah, solat adalah ibadah utama yang akan dihisab terlebih dahulu di akhirat oleh Allah SWT, berbanding dengan amalan-amalan yang lain. Sekiranya solat seseorang itu dalam keadaan sempurna, maka barulah dihitung pula amalan yang lain.

Shadaqallahul’azhim.

والله أعلم بالصواب
Waallahu A’lam Bish Shawab
(Hanya Allah Maha Mengetahui apa yang sebenarnya)

Sampaikanlah ilmu ini kepada sahabat² yang lain. Sepertimana sabda Rasulullah ﷺ:
❝ Sampaikanlah pesananku walaupun satu ayat. ❞
Hadis Riwayat Ahmad, Bukhari, Tarmidzi.

Sabda Rasulullah ﷺ. bermaksud:
Barangsiapa ditanya mengenai sesuatu ilmu lalu disembunyikannya maka Allah akan mengekangnya nanti dengan kekangan daripada api neraka pada Hari Kiamat kelak.
(Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tarmizi رضي ٱللَّــــــــــه عنه )

Sesungguhnya apabila matinya seseorang anak Adam itu, hanya 3 perkara yang akan dibawanya bersama :

① Sedekah/amal jariahnya.
② Doa anak²nya yang soleh.
③ Ilmu yang bermanfaat yang disampaikannya kepada orang lain.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

ILMU .... Penyuluh Hidup
AMAL ..  Bekalan Perjalanan
AKHLAK .... Hiasan Jiwa dan Peribadi

Menuju ke Destinasi

AKHIRAT  ..... yang sudah pasti

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Aku Bukanlah Ustaz...
Bukan Juga Ulama...
Aku hanyalah Hamba Allah yang sedang berusaha untuk Menjadi Hamba-NYA yang terbaik..

■▪■ Demang Satria ■▪■

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

*وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللهِ وَبَرَكَاتُهُ*

Tuesday, March 7, 2017

ADAPT YOUR LEADERSHIP STYLE TO THE SITUATION


Different work situations call for different leadership styles, and most managers use one of two approaches: dominance or prestige.

When you lead through dominance, you influence others by being assertive and leveraging your power and formal authority. This approach works best when your job is to get everyone aligned and moving in the same direction. When there is a clear strategy for a new product launch, for example, and the challenge is in getting your team to enact that vision, dominance is an effective way to create a unified front.

Prestige, in contrast, means influencing others by displaying signs of wisdom and expertise and being a role model. This approach works best when you’re trying to empower the people who report to you. If a marketing team is charged with creating an innovative advertising campaign, for example, a prestigious leader can release the constraints on team members and encourage them to think outside the box.

Maturing as a leader means being able to diagnose what type of leadership is needed and deploying the strategy that is likely to work best.

Adapted from “Good Bosses Switch Between Two Leadership Styles,” by Jon Maner